Oleh ABDUL MUCHITH M. A
abdul_muchith@yahoo.com
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Hadirin yang dirahmati Allah swt.
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin
jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Pada hari yang mulia ini, seluruh umat Islam di
seantero dunia memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari
sebelumnya, 9 Dzulhijah, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji wukuf di
Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang
kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan antar satu bangsa
dengan bangsa yang lainnya
kecuali takwa kepada Allah.
“ Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. QS Al-Hujaraat (49):13
Peringatan
hari raya ini tak bisa dilepaskan dari peristiwa bersejarah ribuan tahun silam
ketika Nabi Ibrahim as, dengan penuh ketaqwaan, memenuhi perintah Allah untuk
menyembelih anak yang dicintai dan disayanginya, Nabi Ismail as. Atas kekuasaan
Allah, secara tiba-tiba yang
justru disembelih oleh Nabi Ibrahim as telah berganti menjadi seekor kibas
(sejenis domba). Peristiwa itulah yang kemudian menjadi simbol bagi umat Islam sebagai
wujud ketaqwaan seorang manusia mentaati perintah Allah swt. Ketaqwaan Nabi
Ibrahim kepada Allah swt diwujudkan dengan sikap dan pengorbanan secara
totalitas, menyerahkan sepenuhnya kepada sang Pencipta dari apa yang ia percaya
sebagai sebuah keyakinan.
Allah swt berfirman dalam Qur’an Surat 12 ayat
111,’
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Betapa beratnya ujian dan cobaan yang dialami oleh
Nabi Ibrahim AS. Beliau harus menyembelih anak semata wayang, anak yang sangat
disayang. Namun dengan asas iman, tulus ikhlas, taat dan patuh akan perintah
Allah swt Nabi Ibrahim AS akhirnya mengambil keputusan untuk menyembelih putra
tercintanya Ismail, beliau
memanggil putranya dengan pangilan yang diabadikan dalam Al Quran Surat Ash
Shaafaat (37) ayat 102,
“ Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup
berusaha bersama-sama Ibrahim , Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirlah apa pendapatmu?” “
Ia menjawab:” Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar “
Ismail sebagai anak shaleh, senantiasa patuh
kepada orang tua, tidak pernah membantah perintah orang tua, setia membantu
orang tua di antaranya membangun Ka’bah Baitullah di Makkah.
Ibrah atau pelajaran
1. Sebagai orang tua atau pimpinan tidak bertindak otoriter
atau sewenang-wenang. Orang tua yang baik adalah orang tua yang mendidik
anaknya dengan contoh dan ketauladanan. Seorang pemimpin yang baik akan ditiru
oleh rakyatnya jika ia memberikan contoh perilaku yang baik. Seorang pemimpin
tidak diikuti ucapannya, tetapi perilaku atau tindak tanduknya. Seorang
pemimpin juga harus menjunjung nilai-nilai demokratis, tidak selalu memberikan
perintah-perintah, tetapi juga harus mendengarkan aspirasi rakyatnya.
2. Peran sang Ibu
dalam mendidik sehingga melahirkan anak yang sholeh.
Peran Ibu sbg
madrasah/sekolah utama dan pertama bagi anak sangat penting. Pendidikan anak
sholeh dimulai dari saat pertemuan benih dan sel telur, diawali do'a mohon perlindungan
dari syetan. Mulai dari kandungan banyak dibacakan ayat2 Qur'an. Dari peran
Ibulah, karakter anak sholeh dapat terbentuk. Intensitas pertemuan yang cukup,
memungkinkan penanaman dan sosialisasi nilai-nilai normatif, akhlak, dan perilaku
terpuji lainnya dapat
terinternalisasi pada diri anak.
3. Pembentukkan anak sholeh tergantung dari orang tua
Banyak orang tua yang beranggapan
bahwa pendidikan itu akan terbentuk hanya di sekolah-sekolah, jadi tidaklah
perlu orang tua mengarahkan anak-anaknya di rumah. Bahkan ada sebagian orang
tua yang tidak tahu tujuan dalam mendidik anak. Perlu kita pahami, bahwasannya
pendidikan di rumah yang meskipun sering disebut sebagai pendidikan informal,
bukan berarti bisa diabaikan begitu saja. Orang tua harus memahami bahwa
keluarga merupakan institusi pendidikan yang tidak kalah pentingnya
dibandingkan institusi pendidikan formal. Ini bisa dimengerti karena keluarga
merupakan sekolah paling awal bagi anak. Di keluargalah seorang anak pertama
kali mendapatkan pengetahuan, pengajaran dan pendidikan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Walillahilhamd,
Bapak-bapak,
ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Kata kurban dalam bahasa arab berarti mendekatkan
diri. Dalam fiqh Islam dikenal dengan istilah udh-hiyah, sebagian ulama
mengistilahkannya an-nahr sebagaimana yang dimaksud dalam QS Al-Kautsar (108):
2,
“ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan
berkorbanlah “
Akan tetapi, pengertian korban bukan sekadar menyembelih binatang korban
dan dagingnya kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Akan tetapi, secara
filosofis, makna korban meliputi aspek yang lebih luas.
Dalam
konteks sejarah, dimana umat Islam menghadapi berbagai cobaan, makna pengorbanan
amat luas dan mendalam. Sejarah para nabi, misalnya Nabi Muhammad dan para
sahabat yang berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini memerlukan pengorbanan.
Sikap Nabi dan para sahabat itu ternyata harus dibayar dengan pengorbanan yang
teramat berat yang diderita oleh Umat Islam di Mekkah ketika itu. Umat Islam
disiksa, ditindas, dan sederet tindakan keji lainnya dari kaum kafir
quraisy. Rasulullah pernah ditimpuki
dengan batu oleh penduduk Thaif, dianiaya oleh ibnu Muith, ketika leher beliau
dicekik dengan usus onta, Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau dengan
kasar dan kejam. Para sahabat seperti Bilal ditindih dengan batu besar yang
panas ditengah sengatan terik matahari siang, Yasir dibantai, dan seorang ibu yang
bernama Sumayyah,ditusuk kemaluan
beliau dengan sebatang tombak.
Tak hanya itu, umat Islam di Mekkah ketika itu juga diboikot untuk tidak
mengadakan transaksi dagang. Akibatnya, bagaimana lapar dan menderitanya
keluarga Rasulullah SAW. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy, hingga
beliau sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan
kulit-kulit sepatu bekas.
Sejarah nabi Yusuf as yang disiksa dan dibuang ke
sebuah sumur tua oleh para saudaranya sendiri adalah bagian dari pengorbanan
beliau menegakkan kebenaran. Sejarah nabi Musa as yang mengalami tekanan, tidak
hanya dari Fir’aun, tetapi juga kaumnya, adalah juga wujud dari pengorbanan
beliau.
Pengorbanan Nabi Suaib juga dikisahkan dalam QS Al-A’raf, ayat 88,
”Pemuka-pemuka dari kaum Syu’aib yang
menyombongkan diri berkata: ”Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib
dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali
kepada agama kami”. Berkata Syu’aib: ”Dan apakah (kamu akan mengusir kami),
kendatipun kami tidak menyukainya?” (QS AL-A’raf ayat 88)
Qur’an Surat Ibrahim Ibrahim (14) ayat 12-13,
(12) Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada
Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh
akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan
hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri”.
(13) Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul
mereka: ”Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu
kembali kepada agama kami”. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: ”Kami pasti
akan membinasakan orang-orang yang zalim itu.
Dalam konteks kekinian, pengorbanan umat Islam di
berbagai belahan dunia terlihat nyata di Palestina, Kashmir, Thailand Selatan,
dan Philipina Selatan. Dengan sikap dan keyakinan mereka terhadap Islam, mereka
harus mengalami berbagai penyiksaan dan penindasan oleh penguasa. Umat Islam di
Palestina menjadi gambaran betapa pengorbanan yang dipikul sangat berat. Mereka
mengalami penyiksaan, penganiayaan, dan bahkan blokade di kawasan Jalur Gaza
oleh Israel laknatullah. Akan tetapi, umat Islam di Palestina tidak ada kata
menyerah. Mereka terus berjuang membela martabat dan kehormatan bangsa dan
agamanya. Sama halnya dengan yang terjadi di kawasan lain dunia.
Dalam sejarah perjuangan bangsa, para pahlawan
mengorbankan jiwa raga, harta benda untuk kemerdekaan bangsanya. Jenderal
Sudirman harus keluar masuk hutan memimpin tentara Indonesia berjuang melawan
Belanda. Sikap para tokoh bangsa yang
dipenjara, dibuang, dan disiksa adalah sebagai wujud dari keyakinan mereka akan
kebenaran. Ribuan nyawa yang mati adalah pengorbanan mereka terhadap negeri
ini. Tentu saja, mereka berkorban atas
dasar sikap yang mereka percaya sebagai sebuah kebenaran. Pengorbanan para
pemuda di berbagai tempat di Indonesia menghadapi penjajah, adalah sebagai
wujud dari sikap mereka mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin
jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Dalam konteks keseharian kita, pengorbanan juga
bisa dilihat dari pengorbanan seorang
pemimpin yang berusaha untuk mensejahterakan rakyatnya, pengorbanan seorang
isteri terhadap suami dan anak-anaknya, serta sebaliknya, anak terhadap kedua
orang tuanya.
Seorang pemimpin yang adil terhadap rakyatnya dan
berusaha memberikan kontribusinya bagi negaranya adalah wujud pengorbanan. Seorang
suami sebagai kepala rumah tangga berjuang membanting tulang demi menafkahi dan
membahagiakan keluarganya. Seorang istri mengabdi setia kepada suaminya juga
sebagai wujud pengorbanan. Orang tua yang mendidik dan membesarkan anak-anaknya
sehingga menjadi berhasil, adalah juga wujud pengorbanan.
Dengan demikian, pengorbanan bisa berdimensi luas. Pengorbanan adalah
sebagai sebuah konsekuensi logis dari keyakinan yang diperjuangan demi sebuah
kebenaran.
”Dan mereka berkata:
"Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari
negeri kami." Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam
daerah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan
dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi
Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS 28 ayat 57)
Allahu
Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin
jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Sekedar merenungi kembali momentum Idul Qurban, Kesanggupan Nabi Ibrahim
menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail, bukan semata-mata didorong
oleh perasaan taat setia yang membabi buta (taqlid), tetapi meyakini bahwa
perintah Allah s.w.t. itu harus dipatuhi. Bahkan, Allah Taala memberi perintah
seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan datang bahwa adakah mereka
sanggup mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayangi demi
menegakkan perintah Allah. Dan adakah mereka juga sanggup memikul amanah
sebagai khalifah Allah di muka bumi?
Hidup adalah satu perjuangan dan setiap perjuangan
memerlukan pengorbanan. Tidak akan ada pengorbanan tanpa kesusahan. Justeru
kesediaan seseorang untuk melakukan pengorbanan termasuk uang satu rupiah,
tenaga dan waktu, akan benar-benar menguji keimanan seseorang.
Peristiwa berkorban Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail merupakan satu noktah kejadian
yang dapat
direnungi oleh semua manusia dari semua level usia dan latar belakang tingkat
pendidikan. Dengan kata lain, semangat berkorban adalah tuntutan paling besar
yang ada dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun, agama bangsa dan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar